Saturday, July 5, 2014

Misteri Yang Belum Terpecahkan Meledaknya Balon Zeppelin



Dua buah balon udara kebanggaan Jerman: Graf Zeppelin (terbang) dan saudaranya yang lebih muda, Hindenburg (berlogo Swastika), difoto pada tahun 1936. Terlihat para penonton sangat antusias berlarian menghampiri "keajaiban" dunia penerbangan pada saat itu



Langit malam langsung tampak terang benderang akibat dari 230 ribu meter kubik hidrogen yang dilalap api!Kapal itu adalah monster udara, suatu keajaiban teknologi dan keahlian teknik. Kapal udara raksasa Hindenburg berukuran lebih dari 245 meter panjangnya dan distabilkan oleh sebuah sirip ekor setinggi bangunan sepuluh tingkat! Keempat mesin dieselnya yang kuat memberikan tenaga untuk bisa terbang tanpa susah payah di atas awan-awan dengan kecepatan 135 km per-jam. Kapal udara itu dapat membawa 100 penumpang menempuh angkasa selama seminggu dalam gaya semewah kapal pesiar yang mana saja!

Ketika ke-16 kantung di dalam rangka berukuran 22,8 m itu sudah dipenuhi oleh hidrogen, kapal udara itu akan melepaskan diri dari tanah dengan kekuatan angkat sebesar 239 ton, cukup untuk mengangkat sebuah jumbo jet modern! Harus diakui sifat-sifat gas hidrogen yang lebih ringan dari udara di sekelilingnya memberikan kekuatan angkat bagi Hindenburg untuk terbang ke udara, membawa bahaya dan resiko terjadinya ledakan. Tapi dengan pengalaman lebih dari seperempat abad yang sukar diperoleh, perusahaan Zeppelin yakin takkan ada kecelakaan yang bisa membahayakan kapal udara mereka yang baru. Mereka tahu bahwa hidrogen di dalam kantung udara (lebih dari 230.000 meter kubik gas!) sangat mudah untuk terbakar, dan akan meletus menjadi ledakan yang menghancurkan bila ada yang memicunya. Tapi desainnya, kata mereka, tanpa cacat. Hanya tindakan Tuhan atau sabotase yang disengaja oleh orang gila yang bisa merusak Hindenburg!

Dan ketika Hindenburg tertelan oleh sebuah bola api di atas New Jersey pada tanggal 6 Mei 1937 sekaligus membunuh 13 orang penumpang, 22 orang awak kapal dan 1 pekerja kontrol lapangan, baik pemerintah Amerika maupun Nazi Jerman malahan berkerjasama untuk menutupi segala macam bukti yang mungkin ada dalam kejadian yang tercatat merupakan kejahatan terbesar dalam sejarah penerbangan!

Sementara perusahaan penerbangan yang masih belum berpengalaman di tahun 1920-an dan 1930-an mendapat masalah besar dari cuaca buruk dan kerusakan mekanis sewaktu mencoba mengoperasikan layanan penerbangan di antara kota-kota yang hanya beberapa ratus mil jaraknya, kapal-kapal udara monster milik Jerman muncul secara reguler di atas jalur penerbangan Rio de Janeiro dan New York!

Kapal-kapal itu menjadi terkenal sebagai Zeppelin, sesuai dengan nama desainer cemerlang sekaligus eksentrik mereka, Graf Ferdinand von Zeppelin. Lahir pada sebuah keluarga bangsawan Prusia pada tahun 1838, ia adalah seorang pemuda berumur 23 tahun yang berjiwa petualang ketika ia memperoleh kesempatan mengunjungi Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln selama Perang Saudara Amerika dan bergabung dengan tentara Union sebagai petugas kavaleri 'tamu'.

Tapi prajurit muda itu segera menjadi bosan dengan langkah lambat perang itu dan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ekspedisi sipil untuk mengeksplorasi sumber-sumber di sungai Mississipi pada sebuah misi pengintaian di St. Paul, Minnesota. Untuk pertama kalinya ia naik sebuah balon yang ditambatkan untuk mensurvei bermil-mil pedesaan dalam sebuah penerbangan singkat.

Kalau saja balon dapat diberi tenaga dan dikendalikan, pikirnya bergairah, balon-balon itu akan menjadi panggung tempat menembak dan senjata pengeboman yang sempurna, melayang dengan aman di atas infanteri dan kavaleri yang merencah di atas medan pertempuran. Visinya tentang balon-balon raksasa atau balon berkemudi sebagai senjata perang tak pernah meninggalkan benaknya, meskipun ia tetap menjadi petugas kavaleri yang berada di atas tanah hingga akhir karir militernya pada usia 52 tahun.

Selama beberapa tahun ia pensiun, ia telah mendaftarkan hak paten pada sebuah kapal udara dan mulai bereksperimen dengan desainernya, Dr. Hugo Eckener, seorang pelaut berpengalaman dan meteorolog, di bengkel kecil mereka di dekat danau Constance di selatan Jerman.

Pada tahun 1909 Zeppelin telah mendirikan layanan penumpang kapal udara pertama, Deutsche Luftschiffahrts Atkien Gessellschaft (DELAG). Dengan penerbangan operasional antara Berlin, Frankfurt, Hamburg dan Dresden, kapal udaranya mengangkut 32.750 penumpang dalam 1.600 penerbangan selama lima tahun tanpa pernah mengalami satu kecelakaan pun!

Kemudian tibalah tahun 1914, dan kapal-kapal Zeppelin pun ikut digunakan untuk kepentingan perang.

Kapal-kapal Zeppelin yang menyerang di atas Inggris menyebabkan sedikit kerusakan material tapi telah menimbulkan rasa panik di antara penduduk London. Melihat kapal-kapal udara yang ditakuti itu (yang terlihat dalam sinar pencari) menjatuhkan bom-bom mereka di atas ibukota, membuat para penduduk London keluar ke jalan-jalan, berteriak-teriak, dan mengacungkan tinju mereka tanpa daya ke udara.

Tapi dalam waktu dua tahun, penerbangan Inggris menjadi pemenangnya dengan menggunakan pesawat tempur bersayap ganda kecil mereka yang lebih dari sekedar menyamai monster-monster Zeppelin. Dalam kantung-kantung hidrogen pesawat Zeppelin mereka membawa bibit kehancuran bagi diri sendiri. Hanya perlu satu hantaman dari peluru-peluru pengejar ZPT yang baru dikembangkan yang berlapis fosfor terbakar, untuk mengubah kapal-kapal udara itu menjadi bencana kebakaran terbang!

Graf von Zeppelin meninggal pada tahun 1917, tepat saat terbukti bahwa kapal udaranya terlalu rentan terhadap tembakan senjata untuk menjadi mesin perang.

Tapi Dr. Hugo Eckener berjuang melewati puing-puing ekonomi pasca perang di Jerman sebagai presiden perusahaan Zeppelin, dan memimpikan suatu masa depan yang damai bagi kapal-kapal udara sebagai alat transportasi transatlantik.

Pada bulan Juli 1928, kapal udara penumpang yang paling canggih, Graf Zeppelin, melakukan penerbangan pertamanya pada ulang tahun ke-90 kelahiran Count tua tersebut. Tiga bulan kemudian, dengan 20 penumpang di atasnya, kapal udara itu melakukan perjalanannya yang pertama ke New York tempat Eckener dan kru mendapat sambutan selamat datang dengan pita telegraf. Dalam lima tahun berikutnya operasi layanan reguler ke Amerika Utara dan Selatan, Graf Zeppelin menetapkan diri sebagai penguasa kapal terbang yang tak tertandingi di udara!

Prestise pencapaian ini tentu saja tidak dilewatkan oleh para penguasa Nazi Jerman yang baru. Eckener tidak disenangi oleh rezim yang baru. Sebelum mereka bangkit berkuasa, ia telah mengadakan siaran radio di Jerman yang mengutuk brutalitas mereka. Tapi karena Nazi mengontrol tali dompet industri Jerman (termasuk Perusahaan Zeppelin), maka ia tak berdaya untuk menghentikan warna-warna tradisional hitam, putih dan merah khas pesawat-pesawat Zeppelin dicat ulang dengan Swastika, simbol Hitler dan Nazinya.

Eckener, seorang pria yang saat itu berusia 68 tahun yang keras kepala, bersikap menentang ketika ia dipanggil menghadap Dr. Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, pada tahun 1936 ketika kapal udara terbaru, terbesar, tercepat, dan bertenaga paling besar miliknya diluncurkan.

Kapal udara itu harus diberi nama 'Adolf Hitler', kata menteri Nazi padanya. "Tidak," jawab Eckener. "Saya peringatkan anda, munculnya tanda swastika di kapal udara kami sudah memprovokasi tindak kekerasan ketika kami merapat di Amerika Serikat. Bila kapal udara baru itu diberi nama 'Adolf Hitler', maka pesawat itu akan tambah-tambah lagi menjadi target kebencian dan sabotase."

Eckener menang hari itu, tapi kemudian Goebbels mengumumkan di surat kabar dan radio Jerman bahwa kapal udara baru itu tidak akan disebut dengan nama yang diberikan oleh perusahaan Zeppelin, Hindenburg. Dalam surata kabar Nazi, pesawat itu dipanggil sesuai dengan nama desain kerjanya: LZ 129.

Ketika Hindenburg memulai layanan regulernya dari Frankfurt ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Lakeheath di New Jersey, pesawat itu menerima sambutan penuh kegembiraan. Tapi saat aliran kecil pengungsi yang dianiaya yang melarikan diri dari Nazi membanjiri pantai-pantai Amerika, kekhawatiran Eckener akan Swastika yang dipamerkan itu terbukti sangat berdasar. Di bulan Agustus 1936 lebih dari 100 orang demonstran Amerika, yang menyamar sebagai tamu kehormatan, menumpang kapal laut Jerman 'Bremen' saat merapat di dermaga New York dan meletuskan suatu protes yang bersifat mengacau melawan keterlibatan Hitler dalam Perang Saudara Spanyol.

Keamanan ditingkatkan di dermaga kapal laut dan di hanggar Hindenburg yang terletak di seberang sungai di Lakeheath. Parahnya lagi, pemerintah Amerika merasa prihatin oleh laporan bahwa Hindenburg menjadi target penembak yang telah melepaskan tembakan ke Zeppelin dari puncak pencakar langit Manhattan dan dari ladang-ladang terbuka di New Jersey!

Duta Besar Jerman di Washington menerima sejumlah besar telepon yang mengancam dan surat-surat dari pihak oposisi Nazi yang bertekad untuk menghancurkan Hindenburg dan mengusir Swastika dari langit Amerika.

Menyadari pukulan serius yang akan terjadi pada prestise rezim bila Hindenburg disabotase, maka Sicherheitsdienst (elit keamanan SS Nazi) mulai melakukan penggeledahan di hanggar Hindenburg di Frankfurt dan di kapal itu sendiri sebelum setiap penerbangan.

Pada hari Senin tanggal 3 Mei 1937, Oberst Fritaz Erdmann (Kepala dinas intelijen khusus baru Luftwaffe), diperintahkan untuk pergi ke kantor pusat SS di Berlin guna menjalani pengarahan tentang penerbangan Hindenburg yang dijadwalkan terbang di hari itu.

Erdmann dan kedua pejabat yunior yang hendak menemaninya dengan berpakaian sipil dalam penerbangan ke Amerika itu terkejut oleh pengarahan yang diberikan SS-Sturmbannführer Kurt Hufschmidt pada mereka. Perwira setingkat mayor itu memberitahu mereka, "Kami mendapat informasi terpercaya bahwa akan ada percobaan untuk menghancurkan penerbangan anda. Sabotase itu akan dilakukan dengan bom, mungkin setelah Hindenburg tiba di atas tanah Amerika. Serangan ini direncanakan untuk membuat tanah air rentan di mata musuh kita: orang-orang Jerman yang tak setia, orang-orang Yahudi, dan para pembuat masalah di Amerika."

Orang SS itu juga mengungkapkan bahwa di bulan Maret 1935 sebuah bom sudah ditemukan di salon ruang makan utama Graf Zeppelin, disembunyikan di bawah sebuah meja oleh salah satu penumpang. Bom itu berhasil dijinakkan dengan selamat.

Ia juga memberitahukan sebuah penggerebekan Gestapo di sebuah kamar hotel di Frankfurt yang disediakan bagi seorang penumpang misterius yang baru saja tiba dari Amerika di atas penerbangan Hindenburg. Orang itu telah bepergian dengan sebuah paspor Swedia palsu dan walaupun ia lolos dari Gestapo, mereka menggeledah kamarnya dan menemukan gambar teknis mendetail tentang Graf Zeppelin dan Hindenburg.

Erdmann diberi ikhtisar penumpang yang dicurigai yang terbang bersamanya. Daftar itu meliputi satu pasangan Jerman, keduanya jurnalis, yang diketahui mempunyai teman seorang penulis Yahudi; seorang fotografer muda dari Bonn yang biaya perjalanannya diatur oleh seorang eksekutif senior Zeppelin yang dipecat sebab ia mempunyai nenek moyang Yahudi; seorang eksekutif periklanan Amerika berusia 36 tahun yang dikenal sebagai mata-mata intelijen negara tersebut; dan Joseph Spah, seorang penghibur gedung musik berusia 35 tahun dari Douglaston, Long Island.

Spah adalah seorang pemain komedi dan akrobat yang bepergian dengan paspor Prancis dan beristrikan orang Amerika. Tapi orang SS yang tak berselera humor itu mencurigainya karena pertunjukan gedung musiknya, yang populer di berbagai bagian Berlin, dikenal mengandung lelucon melawan orang-orang yang berkuasa.

Di hanggar pemberangkatan di Frankfurt, seluruh penumpang dan bagasi mereka digeledah dengan teliti. Orang-orang keamanan menyita semua bola lampu kilat fotografer muda itu, takut kalau bohlam-bohlam itu digunakan untuk menimbulkan api dengan sengaja. Mereka juga menyinari sebuah boneka suvenir keramik Dresden kecil yang dibawa oleh Spah dengan sinar X.

Tapi petugas intelijen Luftwaffe meminta jaminan kepada kapten Hindenburg, Ernst Lehmann, bahwa pasangan suami istri jurnalis itu kedua-duanya adalah teman pribadinya yang sedang menuliskan biografinya. Dan kapten Lehmann bersikeras bahwa mata-mata Amerika yang bekerja untuk agen periklanan sudah diawasi secara cermat dan bukan merupakan ancaman. Petugas intelijen itu menerima penjelasannya.

Joseph Spah, menurut kapten, tak lebih dari seorang pengganggu. Ia membawa seekor anjing gembala Jerman muda yang lincah yang bepergian bersamanya untuk menjadi bagian dari pertunjukan barunya di Gedung Musik Radio City di New York. Anjing itu bepergian dalam kompartemen kapal di bagian belakang kapal udara dan dua kali Spah ditemukan di wilayah itu tanpa diawasi, jauh dari ruang santai penumpang yang diizinkan. Tapi mereka menerima penjelasannya bahwa ia harus secara pribadi memberi makan anjing muda yang gugup itu selama perjalanan dua setengah hari itu.

Oberst Erdmann meyakinkan kapten, "Penumpang manapun yang mensabotase Hindenburg dalam perjalanan ini sama saja melakukan bunuh diri. Saya rasa percobaan sabotase akan terjadi setelah kita berlabuh di Lakeheath. Kemudian akan menjadi tanggungjawab staff darat untuk memastikan keselamatan kapal udara."

Tapi menurut banyak penyelidik dan ahli sejarah, sebuah bom sudah berada di atas kapal. Sebuah bom bakar, dihubungkan dengan sebuah pengatur waktu fotografis ruang gelap yang bertenaga dua baterai kecil yang tersembunyi di dalam atmosfer hidrogen yang mudah meledak di Sel Gas Empat, dekat dengan ekor Hindenburg.

Hindenburg dijadwalkan berlabuh di Lakeheath pukul 06.00 tanggal 6 Mei. Tapi malam sebelumnya, pesawat itu didera angin sakal yang kuat di atas Newfoundland dan kapal udara itu mengirim berita radio bahwa ia baru bisa tiba pukul 18.00. Hindenburg selalu dibuat merapat tepat pukul 06.00 atau 18.00 untuk memberikan waktu kerja yang jelas bagi kru darat.

Sebuah komite penyambutan kecil yang menunggu kedatangan Hindenburg di Lakeheath mengambil manfaat atas penundaan itu dengan pergi untuk makan malam di kota terdekat di Toms River. Komite ini meliputi penyiar Herbert Morrison, yang sedang bersiap-siap untuk merekam komentar pendaratan kapal udara itu bagi para pendengar stasiun WLS di Chicago.

Pada tengah siang tanggal 6 Mei Hindenburg telah melewati Long Island dengan selamat, dan penampakan kapal udara raksasa dengan Swastikanya yang berkilauan menimbulkan kemacetan di Manhattan. Saat kapal udara itu melintasi stadion sepakbola di Ebbert's Field di Brooklyn, pertandingan antara Brooklyn Dodgers melawan Pittsburgh Pirates ditunda karena para pemain dan penonton seperti menganga mengagumi kebanggaan Jermannya Hitler!

Tepat sebelum pukul 16.00, kapal udara itu tiba di atas Lakeheath. Tapi kapten Lehmann kemudian memutuskan untuk berputar ke arah selatan untuk bertahan dalam angin badai selama dua jam hingga kru darat sudah berkumpul pada waktu kedatangannya yang dijanjikan.

Pada pukul 17.22, Hindenburg diberi saran oleh menara kontrol darat untuk tetap berputar-putar mendahului badai yang mendekat. Dan pada saat itulah, seperti yang diyakini orang, pengatur waktu detonator bom api yang tersembunyi di Sel Gas Empat menyala - untuk dua jam ke depan.

Satu jam kemudian Lakeheath mengirim berita radio: "Dinasihatkan untuk mendarat sekarang", dan kapal udara itu pun mengarah ke lapangan yang telah disediakan. Pada pukul 19.05 Hindenburg menyeberangi pagar selatan lapangan udara. Saat 92 orang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat dan 139 pekerja sipil bersiap-siap untuk mencapai tali-tali pendaratan yang akan dijatuhkan dari Hindenburg untuk mengikat kapal, reporter radio Herbert Morrison bisa melihat para penumpang yang ceria di jendela dek tempat berjalan-jalan yang terbuka sambil melambaikan tangan kepadanya.

Pada pukul 19.22 Hindenburg menurunkan tali-tali pendaratan dan menghembuskan mesinnya yang terakhir kalinya untuk mensejajarkan kapal dengan menara pendaratan setinggi 61 meter.

Bila kapal udara itu tepat waktu, semua penumpang akan sudah turun dan pesawat itu hanya akan mengambang di tiang pendaratan dengan satu orang kru yang diperlukan saja. Tapi pengatur waktu bom telah diatur sesuai dengan jadwalnya yang asli...

Pada pukul 19.22 itu terlihat segumpal nyala api dan sebuah bola api berdiameter 122 m meledak dari kerangka bertutup linen Hindenburg.

Herbert Morrison sedang melukiskan pemandangan saat kapal udara itu berlabuh:

"Sungguh pemandangan yang indah, pemandangan yang menggetarkan jiwa... pemandangan yang luar biasa. Matahari bersinar di jendela dek pengamat di sisi barat dan berkilauan seperti permata yang berkelap-kelip di atas latar belakang beludru gelap. Oh, oh, oh... kapal itu menyala terbakar! Tolong keluarlah! Oh, ini mengerikan... kapal itu terbakar, meledak menjadi bola api, kapal itu runtuh! Oh, ini adalah salah satu peristiwa terburuk, oh, dari segi kemanusiaan..."

Suaranya hilang ditelan airmata...

Ketika film dari kamera berita yang merekam bola api itu diproses, film itu menunjukkan bahwa hanya perlu waktu 34 detik sejak ledakan api pertama hingga kerangka Hindenburg yang berkilauan itu menghantam tanah! Jutaan meter kubik hidrogen menyala dalam waktu kurang dari satu menit, walaupun nyala api, mesin, minyak bahan bakar dan kerangka bertahan selama berjam-jam.

Para kru di atas tanah yang sedang memegang tali-tali pendaratan di bawah raksasa yang terbakar itu langsung menyebar kacau dan berlarian demi menyelamatkan hidup mereka.

Salah satu kru itu, Allen Hagaman, tersandung jeruji yang mengelilingi menara pendaratan dan kerangka kapal yang menyala itu tanpa ampun jatuh di atasnya. Ia diidentifikasi keesokan harinya melalui sisa-sisa gosong cincin kawinnya...

Tapi dalam beberapa detik sewaktu Hindenburg jatuh dari udara, ada orang-orang yang lolos dengan ajaib saat para penumpang dan kru melompat dari kapal udara yang jatuh, atau hanya tinggal di dalam reruntuhan yang terbakar itu hingga sampai di atas tanah dan berlari menuju ke tempat aman melalui lingkaran-lingkaran putih panas kerangka Hindenburg! Joseph Spah adalah salah satu dari mereka yang selamat. Ia melompat lebih dari 9 meter dari kapal udara yang terbakar dan, dengan latihan akrobatnya, tampaknya mendarat tanpa terluka! Intelijen Luftwaffe Oberst Fritz Erdmann, yang meramalkan bahwa serangan baru akan dilakukan setelah Hindenburg mendarat, mati dalam kobaran api. Dari 36 penumpang, 13 orang di antaranya tewas. Dari 61 kru kapal, 22 orang yang tewas.

Dalam komisi penyelidikan yang diadakan kemudian, para ahli Jerman diundang untuk bergabung dalam penyelidikan sebagai 'pengamat'. Sebagian besar diskusi komisi ini adalah pembicaraan 'off-the-record' antara pejabat pemerintah Amerika dan diplomat tingkat tinggi Jerman.

Dokumen-dokumen yang sekarang disimpan di Lembaga Arsip Nasional di Washington menunjukkan bahwa ahli-ahli teknik Amerika dan Jerman setuju untuk tidak menganggap sabotase sebagai penyebab malapetaka - paling tidak di depan umum!

Arsip ini menunjukkan bahwa para pejabat senior Departemen Perdagangan dan Dalam Negeri Amerika memperingatkan pengacara Komisi Mr. Trimble Jr. bahwa "penemuan adanya sabotase dapat menyebabkan terjadinya insiden internasional, terutama di pantai-pantai ini". Komisi itu juga mengabaikan laporan tertulis detektif George McCartney dari unit penjinak bom kepolisian New York, yang sebelumnya telah menganalisa reruntuhan dan merekonstruksi detail teknis bom api yang ia yakini ditempatkan di Sel Gas Empat. Dan panglima Luftwaffe, Hermann Göring, memerintahkan para penasihat teknis Jerman di komisi untuk tidak bekerjasama dalam kesempatan apapun di dalam penyelidikan yang menunjukkan adanya sabotase oleh anggota kru yang mana saja!

Setelah dengar pendapat selama satu bulan, komisi ini mencapai kesimpulan yang didukung oleh pihak Amerika maupun pihak Jerman. Bola api hidrogen itu dinyalakan, kata mereka, oleh sebuah percikan aneh listrik statis, sebuah fenomena tak menguntungkan yang tak pernah terlihat sebelumnya maupun sesudah peristiwa ini! Hermann Göring menyetujuinya. "Itu adalah tindakan Tuhan. Tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya."

Tapi di balik drama di Jerman, tanpa belas kasihan Gestapo menginterogasi keluarga dan teman setiap kru dan penumpang Hindenburg. Kecurigaan mereka akhirnya terpusat pada Erich Spehl yang berusia 25 tahun. Sebagai petugas pemasang tali-temali di atas kapal Hindenburg, ia adalah salah satu kru yang bertanggungjawab untuk mengecek kebocoran kantung gas.

Spehl adalah seorang Katolik yang taat, dan tak pernah menjadi pendukung kuat rezim Nazi. Ia punya satu kelemahan besar, yaitu cinta membuta terhadap seorang janda yang sepuluh tahun lebih tua darinya dan yang telah menjadi kekasihnya selama ini.

Para agen Gestapo, yang telah mengecek gosip itu dengan para tetangga Spehl di Frankfurt, menemukan bahwa pemuda itu telah mengalami pertemuan traumatis dengan bekas suami kekasihnya tepat sebelum perjalanan terakhir Hindenburg. Orang itu datang ke apartemen Spehl. Ia seorang artis yang kurus kering dan separuh gila karena takut. Ia lari dari Gestapo dan memerlukan uang untuk melarikan diri.

Spehl memberinya semua uang yang ia miliki... dan kemudan memberitahu Gestapo. Para penyiksa Nazi menangkap artis itu dan menghancurkan jari-jarinya satu demi satu dengan sebuah penjepit hingga tulang-tulang bermunculan dari buku-buku jarinya! Spehl dilaporkan menjadi marah sewaktu melihat hal ini, dan kemarahannya masih menggelegak ketika ia menumpang penerbangan Hindenburg yang fatal itu.

Para penyelidik Gestapo di Frankfurt menghancurkan apartemen Spehl hingga berkeping-keping. Mereka tak dapat menemukan tanda-tanda kekasihnya, yang telah melarikan diri dari kota itu. Dan mereka pun tak dapat menemukan jejak alat baru kesayangan Erich untuk ruang gelap fotografinya, pengatur waktu dua zaman miliknya.

Mereka juga tak bisa menginterogasi Erich Spehl. Ia meninggal, terbakar secara mengerikan, dalam rumah sakit lapangan darurat yang didirikan di Lakeheath, di sebelah bara yang menyala pada kapal udara terbesar di dunia yang terakhir.

TABUN Senjata Rahasia Super Mematikan Yang Tidak Digunakan Hitler!



Bayangkan jika tiba-tiba anda tidak mampu lagi bernafas karena otot dada dan paru-paru menegang. Air liur, lendir terus mengalir dari mulut dan hidung anda, bahkan seluruh tubuh anda menggigil hebat disertai keringat yang mengucur deras. Pandangan pun tiba-tiba kabur karena lubang pupil mata anda mengecil hingga seujung jarum. Pusing dan rasa mual yang hebat mengiringi penderitaan anda bahkan ketika anda sangat tersiksa ingin menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.

Saat itu anda sudah tidak bisa lagi menggerakkan seluruh tubuh anda, tangan, kaki, kepala, leher terasa sangat kaku tanpa bisa digerakkan sedikitpun. Lalu 6 menit kemudian, anda merasakan sekarat yang hebat dan......kematian pun menjemput.

TABUN, itulah senyawa kimia berbahaya warisan Perang Dunia II yang DICIPTAKAN OLEH ILMUWAN JERMAN pada era 1930an. Seseorang yang terkena tetesan TABUN seukuran ujung jarum dapat meregang nyawa dalam waktu 3-6 menit!

Begitu dahsyatnya efek senyawa kimia ini hingga Liga Bangsa-Bangsa (nenek-moyang PBB) melabelkannya sebagai salah satu SENJATA PEMUSNAH MASSAL (Weapons of Mass Destruction, Chemical Weapons Convention 1993) yang haram bagi negara mana pun untuk memproduksi, menggunakan, dan menyimpannya. Hal ini menjadikan TABUN sejajar dengan senjata pemusnah massal lain seperti Bom Nuklir.

Namun, tahukah anda bahwa senjata super-mematikan ini sama sekali TIDAK PERNAH digunakan Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945) melawan Sekutu ??

Perang Dunia II merupakan perhelatan akbar penghancuran umat manusia yang kedahsyatannya belum pernah disaksikan sang waktu sebelumnya. Puluhan juta manusia terbunuh dalam rentang waktu yang sangat singkat, kota-kota besar rata dengan tanah, rusaknya lingkungan hidup dan tatanan sosial, merebaknya penjarahan, pembunuhan, pemerkosaan, hancurnya negara-negara adidaya, dan menyebarnya paham ideologi menyimpang.

Sewajarnya, Perang Dunia II menjadi katalis dan kawah candradimuka perkembangan teknologi dan sains militer saat itu. Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, dan Soviet berlomba untuk menciptakan mesin perang paling handal yang mampu melibas lawan tanpa ampun.

Mesin perang modern berkecamuk di udara dalam bentuk pesawat pengebom, pesawat pemburu, dan bom missile; di permukaan laut dalam bentuk Battleships, Destroyer, dan kapal induk pesawat; di bawah laut dalam bentuk Kapal Selam; dan di darat dalam bentuk tank, artileri, dan infantri mekanis.

Menariknya, Jerman adalah negara yang paling inovatif dalam mengembangkan teknologi militernya pada Perang Dunia II. Sejarah mencatat bahwa Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler mampu menjadi sebuah negara besar yang tidak hanya unggul di ranah politik hubungan internasional, ekonomi, sains dan teknologi, namun juga unggul dalam angkatan bersenjata dan perkembangan teknologi militer.

Berbagai penemuan revolusioner dihasilkan oleh para ilmuwan Jerman yang kemudian diaplikasikan dalam bidang militer, antara lain:
Pesawat jet pertama di dunia yang kemudian dikemas dalam pesawat pemburu Messerschmitt Me-262.
Pesawat siluman pertama di dunia yang mengaplikasikan teknologi flying wing dan carbon coating untuk menghindari deteksi radar (Horten Ho 229).
Pesawat VTOL pertama di dunia dalam bentuk helikopter (Flettner Fl 282 Kolibri).
Riset bom nuklir pertama yang menggunakan heavy water (jauh sebelum proyek Manhattan Amerika, namun akhirnya gagal karena sabotase).
Rudal roket pertama di dunia yang menginspirasi penerbangan luar angkasa Amerika Serikat (A-1 bombs, V-1, V-2).
Hingga senjata kimia pemusnah massal yang sangat efektif dan berbahaya sehingga memungkinkan Hitler untuk memenangkan Perang Dunia II jika saja dia menggunakannya: TABUN.
Ya, TABUN. Sebuah senyawa kimia yang jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau buah, namun amat-sangat beracun ini adalah hasil penelitian "tidak sengaja" oleh seorang Ilmuwan Jermanbernama Gerhard Schrader pada bulan Januari 1936.

Pada awalnya Gerhard melakukan riset untuk mengembangkan insektisida (obat anti hama/serangga) kepada perusahaan IG Farben. Insektisida yang fungsinya melumpuhkan sistem syaraf serangga itu ternyata juga mampu menghancurkan sistem syaraf manusia dalam sekejap.

Sebagaimana peraturan di Jerman kala itu, semua hasil riset yang memiliki potensi militer agar diserahkan kepada pemerintah. Perwakilan dari IG Farben pun dipanggil menghadap ke Berlin untuk menunjukkan efektivitas Tabun dalam bidang militer. Akhirnya, riset dan produksi Tabun untuk menjadi senjata kimia pun dilakukan besar-besaran.

Sebagaimana senjata "ajaib" dalam perang, proyek Tabun ini benar-benar dirahasiakan keberadaannya sehingga negara-negara Sekutu pun tidak mengetahui secuil pun tentang Tabun apa lagi bagaimana mempersiapkan diri dan counter-attack terhadap senjata kimia ini.

Kedahsyatan TABUN sebagai senjata kimia sudah tidak diragukan lagi. Satu tetes kecilnya, jika tersentuh oleh kulit manusia, maka dapat dipastikan orang itu akan mati dalam 6 menit kedepan.

Bayangkan jika senjata ini digunakan dalam Perang global, di mana terdapat ratusan ribu tentara dalam satu front pertempuran, padahal Jerman kala itu (medio 1943) sudah mampu memproduksi 12000 ton TABUN.

Keefektifan TABUN sebagai senjata pemusnah massal pun jauh melebihi Bom Nuklir yang gemar dibahas oleh negara Sekutu kala itu. Bom nuklir memang memiliki efek destruktif yang sangat besar, namun dengan efek kehancuran yang besar itu juga terjadi collateral damage yang besar pula, antara lain efek radioaktif nuklir berpuluh-puluh tahun yang menimbulkan penyakit genetik, kehancuran lingkungan dan bangunan perkotaan.

Berbeda dengan TABUN yang hanya membunuh manusia (dan serangga), sehingga penggunaannya sangat efektif dan spesifik. Apalagi TABUN adalah senyawa yang sangat mudah menguap dan terurai di udara sehingga tidak terjadi efek buruk lingkungan setelah serangan dilakukan.

Seiring berjalannya waktu, Jerman semakin terdesak dan kalah dalam pertempuran-pertempuran Perang Dunia II.

Hancurnya pabrik industri dan militer oleh pesawat pengebom milik Sekutu, kalahnya industri, sumber daya alam, dan jumlah sumber daya manusia Jerman dibandingkan Amerika dan Soviet, serta bobroknya birokrasi internal pemerintahan Nazi saat itu, hingga pengkhianatan di kalangan angkatan bersenjata, mengakibatkan Hitler semakin tersudut dalam perang.

Selain itu, negara-negara Sekutu juga gencar melakukan serangan pemusnah massal berupa pengeboman besar-besaran ke wilayah penduduk yang mengakibatkan jutaan masyarakat sipil meninggal, dan puluhan juta lainnya kehilangan rumah mereka.

Bahkan tidak jarang pasukan pengebom Sekutu menggunakan bom incendiary yakni bom api yang mampu membakar habis-habisan seluruh kota dalam badai api. Pemboman massal seperti ini justru memiliki efek yang jauh lebih dahsyat daripada penggunaan bom atom/nuklir.

Jika bom atom kala itu hanya efektif untuk sebuah kota yang terdiri dari bangunan semi permanen (kota-kota di Jepang misal Hiroshima & Nagasaki), maka hujan bom incendiary mampu membakar habis kota modern permanen gaya Eropa seperti Dresden, Hamburg, Aachen, dan Berlin.

Namun di tengah keterpurukan ini, Hitler justru tidak mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal TABUN untuk menyelematkan negaranya dari agresi militer sekutu yang semakin merangsek masuk ke jantung Jerman.

Perlu diingat bahwa saat itu Sekutu sama sekali tidak mengetahui perihal TABUN dan bagaimana cara mengatasinya, juga bahwa bom nuklir belum ditemukan oleh ilmuwan Amerika saat itu, sehingga Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki senjata pemusnah massal paling efektif.

Jika Hitler mau menggunakan TABUN, maka bukan tidak mungkin perang akan dimenangkan oleh Jerman.

Mengapa Hitler tidak menggunakan tabun?

Sebagaimana kita ketahui bahwa pribadi Hitler adalah pribadi yang sangat kompleks, orang-orang terdekatnya pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana karakter asli Adolf Hitler.

Beberapa kalangan menganggap bahwa trauma masa lalu Hitler dalam Perang Dunia I, di mana ia pernah menjadi korban dalam serangan gas beracun (mustard gas) menjadi alasan utama ia untuk tidak menggunakan TABUN.

Namun kita juga harus mengetahui bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam peperangan, bahkan mendekati kekolotan.

Dalam pertempuran Berlin (Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.

Begitu pula ketika kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke London.

Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara sembunyi-sembunyi (assassination).

Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.

Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.

Penggunaan strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.

Efeknya tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.

Penggunaan yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943), Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga Battle of Berlin (1945).

Bahkan pendaratan Sekutu barat yang terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat menghindari superioritas udara pasukan sekutu.

Jika pasukan sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D. Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung perang.

Ahmad Dani, Nazi Jerman, Yahudi Laknatullah dan Komunis!


JANGAN KOMENTAR SEBELUM MEMBACA !!!

Penyebabnya hanya sepele, Ahmad Dani, salah satu musisi Indonesia dianggap memakai atribut (pakaian) yang mirip dengan salah satu dedengkot Nazi Jerman, Heinrich Himmler, dalam sebuah lagu yang berisi dukungan untuk Capres-Cawapres, Prabowo Subianto – Hatta Rajassa (2014).

Publik Indonesia pun geger. Ribut. Ikut membenci dan mengecam secara membabi buta. Seolah-olah tragedi apa yang dilakukan Nazi Jerman pernah menimpa mereka. Seolah-olah balatentara sang Fuhrer Third Reich Adolf Hitler ini pernah membunuh orang Indonesia. PADAHAL TIDAK PERNAH. Begitu pun orang Indonesia yang beragama Islam ikut membenci Nazi Jerman. Seolah-olah Nazi Jerman pernah menyakiti Islam. PADAHAL TIDAK PERNAH. 
Mereka menuduh Nazi Jerman fasis. Padahal YAHUDI dan ISRAEL JUGA FASIS!

Mereka beralasan tentang kemanusian yang tercabik oleh perilaku Adolf Hitler dan pasukannya. Karena membantai orang Yahudi. Memang benar begitu? Dibawah alam sadar, kita sebenarnya sudah terkooptasi oleh pemberitaan jelek tentang Nazi Jerman yang ditulis dan diberitakan media-media barat yang rata-rata dan hampir semuanya dikendalikan Yahudi atau setidaknya pro Yahudi! Padahal kita sebenarnya tidak tahu pasti apa yang terjadi di Eropa saat itu. Kita hanya konsumen berita, data dan info dari media-media Yahudi itu. 
Mereka menuduh Nazi Jerman fasis. Padahal YAHUDI dan ISRAEL JUGA/LEBIH FASIS!

Okelah kalau mereka (orang Indonesia/muslim Indonesia) beralasan tentang kemanusiaan. Tapi kenapa kita tidak memperlakukan sama pada Yahudi? Dalam Al Qur’an sudah jelas: Yahudi Laknatullah! Umat yang dilaknat oleh Allah SWT. Di era kekinian, kita melupakan pembantaian demi pembantai tentara Yahudi Israel di kamp – kamp pengungsian hingga di jalanan Palestina! Ketika ini terjadi, mana kemanusiaan yang kita dengung-dengungkan!

Bungkam semua! Inilah yang namanya standart ganda. Ketika kemanusian itu bersangkut paut dengan kepentingan kalian, maka kalian bersuara tentang kemanusiaan. Tapi ketika kasus kemanusiaan yang terjadi tak berkaitan dengan kalian, maka kalian bungkam!

Malah kini ada sekelompok orang Indonesia yang sok menjadi Yahudi. Pernah dengar beberapa kali ada orang-orang Indonesia yang mau merayakan kemerdekaan Israel di Indonesia? Ya, berkali-kali kita dengar. Ironisnya, mereka rata-rata beragama Islam. Ya, Islam liberal yang sok bersahabat dengan Yahudi, kaum yang sudah jelas dilaknat dalam kitab sucinya, Al Qur’an.

Okelah kalau mereka (orang Indonesia/muslim Indonesia) beralasan tentang kemanusiaan. Tapi kenapa kita seolah melupakan fakta dan sejarah tentang pembantaian kaum komunis di negeri ini, INDONESIA! Ingat, mereka sudah 3 kali melakukan pembangkangan. Namun hanya 2 kali yang langsung secara face-to-face dengan republik ini. Karena pemberontakan pertama mereka terjadi di era Belanda, yakni tahun 1926. Sementara 2 lainnya terjadi pada tahun 1948 di Madiun dan tahun 1965 G30S/PKI.Face-to-face berhadapan dengan pasukan republik Indonesia dan rakyat utamanya kaum santri/ Islam Indonesia.

Komunis tak mengenal agama karena dianggap candu. Menurut mereka, janji-janji tentang surga dan siksa neraka adalah sesuatu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Mereka mencemooh kaum santri yang beragama. Ulama (kyai atau ustadz) pun diejeknya sebagai penjual ayat syetan. Ini Jargon mereka! Masih mau bela komunis? Mendidih hati ini bung!

Peristiwa Kanigoro akhir tahun 1964 menjadi awal kejahatan PKI di Indonesia tahun tersebut. Mereka menyerbu Ponpes Al Jauhar, Kanigoro, Kediri, Jawa Timur. Berdasarkan kesaksian Masdoeqi Moeslim, salah seorang santri yang lolos dari maut, setan komunis itu menyeret dan menyiksa ratusan santri (termasuk 127 kader Pelajar Islam Indonesia). Bahkan keluarga pengasuh ponpes, keluarga Kyai Jauhari juga diperlakukan sama. Ribuan kader PKI itu masuk pondok pesantres dan masjid, menyiksa santri hingga menginjak-nginjak Al Qur’an! Masih mau bela komunis? Mendidih hati ini bung!

Jika melihat teror hantu-hantu komunis akan panjang. Karena memang lembaran hitam yang tebal sudah mereka torehkan dengan darah di republik Indonesia tercinta ini. Di era pertengahan 1960-an, aksi massa PKI lainnya dilakukan oleh organisasi underbouw-nya seperti Barisa Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Mereka membantai kaum santri yang dipandang menjadi penghalang utama bagi upaya mereka menjadi Indonesia sebagai negara komunis. Maka wajar jika kemudian timbul gerakan balas dendam dari kaum santri yang diwakili Ansor dan Banser NU. Apakah anda masih mau bela komunis? Mendidih hati ini bung! Bravo NU, Ansor dan Banser!

Kita kembali ke topic semula tentang Nazi Jerman. Kenapa kita mesti membenci mereka? Toh mereka TIDAK PERNAH BERSALAH pada Indonesia dan Islam maupun agama lain di negeri ini. Kok bisa begitu? Kita bahas satu-persatu.
Pertama, Nazi Jerman tak memiliki dosa apapun pada Indonesia. Karena jika kita merunut sejarah, Nazi Jerman malah membantu para pejuang kita di masa revolusi kemerdekaan. Apa saja? Seperti yang diceritakan Horst Henry Geerken, salah seorang sahabat dekat Bung Karno, Adolf Hitler pernah mengirimkan senjata dengan menggunakan 57 kapal selamnya ke Indonesia. Senjata ini dikirimkan untuk menyokong pejuang melawan Belanda. Baca beritanya disini:http://nasional.inilah.com/read/detail/1965336/ternyata-hitler-kirimi-soekarno-senjata Berita ini ditulis bulan maret 2013.

Apa lagi bantuan tentara Nazi Jerman pada Indonesia? Tentara U-Boat (awak kapal selam Nazi) juga ikut bergabung dengan para pejuang. Para Kriegsmarine (tentara Angkatan Laut Nazi) itu selain ikut perang di garis depan dengan pejuang Indonesia melawan Belanda pasca tahun 1945, mereka juga ikut membantu dalam hal tekhnik persenjataan dan strategi. Sebagian diantaranya tewas saat membantu pejuang. Baca beritanya disini (berita bulan November 2013):http://nasional.inilah.com/read/detail/1965336/ternyata-hitler-kirimi-soekarno-senjata

Kisah bantuan lain adalah tentang penyusunan teks proklamasi Indonesia. Tanggal 16 agustus 1945 hampir tengah malam, setelah draft teks proklamasi ditulis Bung Karno dan ditanda tangani bersama Bung Hatta, timbul masalah. Karena mesin ketik di rumah Laksamana Maeda (rumah perwira Jepang simpatisan Indonesia yang dijadikan tempat) ternyata menggunakan huruf kanji (huruf jepang).

Lalu bagaimana akhirnya teks proklamasi Indonesia diketik? Sementara sudah hampir tengah malam tentu bakal sulit menemukan pinjaman. Diantara kebingungan, mereka kemudian menemui ide. Yakni meminjam mesin ketik ke kantor perwakilan Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine). Sepele mungkin ya? Tapi itu jasa besar dalam penyusunan ketikan teks proklamasi. Baca beritanya disini (berita bulan November 2013):http://www.merdeka.com/peristiwa/nazi-punya-jasa-dalam-penyusunan-teks-proklamasi-indonesia.html

Berita berita tersebut tahun 2013. Jadi saya yakin lebih netral dan tidak tendesius. Jika berita ini muncul saat ini, mungkin terkesan tendesius sebagai bagian dari pembelaan terhadap apa yang dilakukan Ahmad Dani. Apakah anda wahai orang Indonesia masih membenci Nazi Jerman? Bersikaplah! Mereka tak pernah merugikan republik Indonesia yang kita cintai ini. Jangan ikut-ikutan mind set orang barat dan Yahudi.

Oke, yang kedua tentang Islam. Bahasan tentang Nazi Jerman tidak pernah menyakiti bangsa Indonesia sudah cukup. Sekarang tentang Nazi Jerman yang juga tidak pernah menyakiti kaum muslim. Benarkah? IYA BETUL SEKALI.

Sepanjang letusan perang dunia II, sejumlah wilayah basis Islam di Eropa (diantaranya wilayah Kaukasus/ Bosnia dan sekitarnya) serta wilayah Afrika Utara banyak yang membantu tentara Nazi Jerman. Bahkan mereka secara sukarela mendaftar menjadi bagian balatentara Nazi Jerman. Barisan tentara muslim di tubuh tentara Third Reich pimpinan Adolf Hitler ini menjadi korps tersendiri sejak oktober 1943 dengan sebutan Waffen SS Hanscar Divission.

Para tentara Nazi dan pemimpinnya termasuk Adolf Hitler memperlakukan serdadu Nazi Jerman muslim tersebut secara terhormat. Bahkan memberikan jaminan penuh pada kebebasan menjalankan ibadah termasuk Sholat! Nah, saya Tanya kepada anda yang muslim, masihkah anda membenci Nazi yang sebenarnya memperlakukan Islam secara terhormat dan lebih menyukai/mendukung Yahudi dan Komunis yang sebenarnya sudah banyak merugikan kita?!

Kenapa mereka (orang-orang Islam) itu dengan mudahnya bergabung dengan tentara Nazi Jerman? Ada 2 alasan pokok: Yang pertama Islam TIDAK PERNAH DIUSIK keberadaannya. Islam dibiarkan berkembang di setiap wilayah yang dikuasai Nazi Jerman. Yang kedua, musuh Nazi Jerman adalah Yahudi. Sama halnya seperti yang tertulis dalam Al Qur’an bahwa Yahudi itu musuh Islam. Bahkan disebut sebagai Laknatullah!

Hal-hal tersebut yang membuat saya heran dan kembali ke pertanyaaan saya di atas tulisan ini, kenapa kalian membenci Nazi Jerman beserta atributnya? Padahal mereka tak pernah menyakiti Indonesia dan Islam. Nazi Jerman malah pernah memberi bantuan pada proses revolusi kemerdekaan negara Indonesia. Nazi Jerman juga tidak mengusik keberadaan Islam.

Telaah baik-baik ucapan Adolf Hitler ini: “Ich Konnte All Die Juden in Dieser Weilt Zu Zerstoren, Aber Ich Lasse Ein Wenig Drehte-on, so Konnen Sie Herausfinden Warum Ich Sie Getotet”. Artinya: “Bisa saja saya musnahkan semua Yahudi di dunia ini. Tapi saya sisakan sedikit yang hidup. Agar kamu nantinya dapat mengetahui mengapa saya membunuh mereka!” (Adolf Hitler, Der Fuhrer Third reich).

Jelas apa yang dikatakan oleh Adolf Hitler kini terbukti bukan. Kini kita tahu seperti apa Yahudi. Biang kerok keonaran dunia utamanya di Timur Tengah. Mereka seenaknya membantai muslim Palestina. PBB bungkam, negara barat bungkam, Amerika Serikat sang polisi dunia pun bungkam. Kenapa bungkam? Karena negara Yahudi Israel sahabat mereka. Andai yang melakukan pembantaian adalah orang Islam, mereka akan menghujat dan menyerbu alias balas dendam dengan dalih kemanusiaan.
Saat 1 rudal/missile HAMAS menghantam satu kota Israel, dunia ribut bukan main menyalahkan para mujahidien HAMAS (yang sebenarnya memperjuangkan hak kemerdekaan mereka). Tapi belasan, puluhan bahkan ratusan rudal Yahudi Israel menghantam rumah-rumah sipil Palestina, dunia bungkam. Mulut terkunci rapat. Telinga ditutup. Membutakan mata mereka seolah-olah tak ada apa-apa. Menurut mereka, apa yang dilakukan tentara Israel adalah bentuk pembelaan diri. Bangsat tai kucing!

Saya ulangi ucapan tulisan saya diatas: Ironisnya, kini sebagian orang-orang Indonesia menghamba pada Israel. Menjadi pembela Israel. Ikut-ikutan merayakan hari kemerdekaan bangsa Israel. Jika dilarang oleh aparat atau kelompok Islam, mereka beralasan larangan itu merusak demokrasi, hak dan kebebasan. Bangsat!

Ironisnya, komunis yang dulu bersimbah darah para jenderal pancasilais, komunis yang dulu membantai kaum santri di Indonesia, kini banyak generasi muda yang ikut-ikutan sok revolusioner kekiri-kirian. Membuka angin bagi para keluarga eks Komunis untuk bangkit. Mereka mendesak TAP MPRS no 25 tahun 1966 tentang larangan dan pembubaran PKI dicabut.

Jika mereka (pecinta Komunis) dilarang, mereka akan berteriak bahwa aparat atau umat Islam yang melarang Komunis telah menyalahi/melanggar HAM. Mereka berteriak, komunis sebagai korban di tahun 1965/66. Padahal merekalah yang memulai. Umat Islam saat itu hanya bereaksi terhadap kebiadaban para anak buah Aidit tersebut. Maling kok teriak maling!

Maka benar apa yang dikatakan Wakil Ketua PBNU As’ad Said Ali bulan oktober 2012 lalu, bahwa umat Islam-lah yang menjadi korban. Bukan PKI yang menjadi korban. Maka wajar beliau menolak NU, Banser dan Ansor meminta maaf terhadap keluarga PKI. “Para penulis sejarah termakan oleh manipulasi buku putih yang ditulis Aidit (dan pengikutnya). Tetapi rakyat, ulama dan santri tetap mencatat dalam sejarahnya sendiri”,ujar As’ad Said Ali.

Tulisan atau data atau fakta yang saya tulis ini bukan hendak membela Nazi Jerman dan menyudutkan Yahudi maupun Komunis. Tapi saya berusaha meluruskan sesuatu yang menjadi bengkok di pikiran kita. Sesuatu yang dibengkokkan oleh orang-orang yang membenci Islam! Sesuatu yang dibengkokkan oleh orang yang merasa kelompoknya dirugikan.

Mungkin ketidak mengertian tentang Nazi Jerman yang menyeluruh dan awamnya masyarakat kita tentang peran Nazi Jerman terhadap Indonesia yang membuat publik Indonesia mengecam apa yang dilakukan Ahmad Dani sehingga dia cuek saja sambil berkata:

Salam INDONESIA RAYA. Indonesia JAYA! Yakinlah, Allah SWT bersama orang-orang yang benar. Lawan ketidak adilan, kemunafikan dan kepalsuan. Wassalam!